Oleh : Zamid al Zihar.
Seperti yang kita ketahui bahwa manusia di alam dunia ini hanyalah
sebagai khalifah atau sebagai pengembara yang berjalan menuju akhir tempat yang
sesungguhnya yakni alam akhirat. Selama melakukan perjalanan tersebut tentunya
manusia harus melewati berbagai peraturan dan ketentuan yang telah di tetapkan
Allah SWT. Jika dilanggar, maka Allah akan memberikan peringatan. Pelanggaran
terkecil hingga terbesar tentu kadar peringatannya satu sama lain akan berbeda.
Jika terhadap peringatan-peringatan tersebut manusia masih tetap saja pada
kondisi tidak jera atau tidak ada upaya memperbaikinya, maka eksekusi yang
sesungguhnya adalah kelak di hari kiamat, di mana menjelang masuk pintu alam
akhirat segala amal perbuatan kita akan diperhitungkan. Bagi yang selama
perjalanan di dunianya mentaati peraturan-Nya ataupun yang setelah diberikan
peringatan lalu bertobat dan kembali berjalan sesuai peraturan-Nya maka
tempatnya adalah surga. Sedangkan bagi yang sebaliknya dari itu maka tidak akan
berlaku lagi peringatan, di mana tempatnya adalah penjara akhirat (neraka) dan
dihukum dengan hukuman yang tiada bandingannya. Itulah seberat-beratnya hukuman
yang pasti akan dirasakan di akhir perjalanan mengarungi kehidupan dunia.
Peringatan Allah bisa mengambil berbagai bentuk seperti bencana alam,
kelaparan, wabah penyakit dan lain sebagainya. Baik peraturan, peringatan
(hukuman) di dunia maupun hukuman di akhirat semuanya telah tertulis dalam
kitab pedoman hidup manusia yakni Al-Qur’an. Allah Ta’ala tidak akan pernah
menimpakan peringatan atau hukuman jika saja ketentuan-Nya tidak dilanggar. Jadi
peringatan yang dirasakan manusia di atas bumi ini adalah semata karena
kesalahan manusia itu sendiri. Hal ini ditegaskan dalam Al-Qur’an sebagaimana
firman-Nya :
“Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja
bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri…” (An-Nisa, QS
4 : 79).
Jika Allah memberikan peringatan kepada umat-Nya, maka tidak akan pernah
ada yang mampu menolaknya apalagi melawannya. Datangnya secara tiba-tiba tanpa ada
yang bisa memprediksi kapan akan terjadinya. Begitu keras dan dahsyat, sehingga
siapapun yang melihat dan merasakannya sudah pasti akan ketakutan dan kesakitan,
bahkan seketika itu juga manusia akan tertunduk tanpa daya, ada yang berputus
asa dan ada juga yang meratap-ratap memohon ampunan-Nya. Peringatan atau
teguran bukan hanya menimpa kepada diri orang sendiri, tapi secara massal kepada
kaum manusia dalam suatu negeri yang tentunya disebabkan atas
pelanggaran-pelanggaran terhadap peraturan-peraturan yang telah ditetapkan-Nya.
Bagaimanakah Allah mengadakan peringatan atau teguran kepada umat-Nya? Mari
kita tengok ke belakang beberapa peringatan Allah dari waktu ke waktu berupa kejadian-kejadian
bencana alam terbesar yang paling mengerikan dan memilukan yang pernah mengguncang
dunia sepanjang periode tahun 1970 hingga sekarang.
Gempa Bumi Dan Tanah Longsor
Di Peru, Tahun 1970
Tanggal 31 Mei 1970. Gempa bumi
terjadi pada pukul 15.23 yang terukur mencapai kekuatan 7,75 pada Skala
Richter. Sumber gempa berasal dari retakan di dasar laut dekat pelabuhan
Chimbote yang berjarak sekitar 30 mil (50 km) dari pantai. Kerusakan yang
menakutkan seiring bencana tersebut terjadi di kota-kota pesisir terutama di Chimbote.
Gelombang guncangan gempa menyebar dalam lingkaran konsentris sebelah utara
Peru. Begitu hebatnya hingga mengakibatkan kota hancur lebur terkoyak, manusia
terkubur serta 95 persen gedung-gedung runtuh. Dahsyatnya lagi, Huaras yang
merupakan tempat peristirahatan populer lenyap dari bumi seakan tak berbekas. Belum
lagi selesai, gempa ini memicu bergeraknya tanah wilayah Gunung Huascaran,
sehingga terjadi longsor yang sangat besar dan mengerikan. 3,5 milyar kubik
lumpur, batu dan air serta gletser setebal seratus kaki (30 m) menghujani kota
Yungay. Besarnya beban yang luar biasa itu menjebolkan bendungan di sepanjang
Peru Utara. Sebuah sumber melukiskan efek tanah longsor ini sebagai
penyempurnaan kerusakan yang sebelumnya terlewatkan dari dari gempa bumi. Diperkirakan korban tewas 66.794 orang ditambah
kerugian materil senilai $250 juta.
Badai Tropis di Bangladesh,
Tahun 1970.
Tanggal 13 Nopember 1970. Angin
puyuh yang disertai tsunami raksasa setinggi 15 meter menghantam dengan ganas
pulau-pulau kecil lepas pantai di Teluk Benggala, meninggalkan pulau-pulau
kecil ini seakan tidak pernah di tempati manusia sebelumnya. Pemandangan yang
mengerikan, dimana mayat-mayat berserakan di daratan, juga bergelantungan di
pohon-pohon seakan buah-buah pohon yang berubah bentuk menjadi sosok mayat
manusia. Belum lagi banyaknya mayat-mayat yang mengapung di Sungai Gangga dan
Delta disertai jutaan bangkai sapi dan binatang-binatang lainnya, sehingga
merubah warna air sungai itu menjadi merah. Keadaannya begitu mencekam, dunia
pada saat itu seakan tak berfungsi lagi sebagai tempat kehidupan dan
penghidupan. Jumlah korban berdasarkan laporan dari berbagai sumber
diperkirakan sebanyak satu juta orang.
Topan Fifi di Honduras, Amerika
Tengah, Tahun 1974.
Tanggal 18-20 September 1974. Topan Fifi berkecepatan 110 mil (175 km)
per jam bergerak melewati barat laut Honduras,
meluluh lantakan kota Chomola dan San Pedro Sula. 60 persen
industri pertanian mengalami kerusakan luar biasa, 60.000 orang kehilangan
tempat tinggal. Badai topan juga menumpahkan Sungai Ulua dan Sungai Aguan,
sehingga airnya meluap hebat, gelombangnya mengerikan, menyapu perumahan,
bangunan dan apa saja yang disinggahinya. Banjir kematian dan kerusakan sama-sama tinggi jumlahnya. Selepas badai
berlalu, meninggalkan pemandangan yang memilukan, kehancuran sejauh
berkilo-kilometer, rumah-rumah yang hancur dan menyatu dengan tanah,
lapangan-lapangan yang tergenang bagaikan danau-danau luas yang terhampar dan
ribuan mayat ditimbun setinggi mungkin, lalu dibakar. Badai topan telah
menyisakan kepedihan yang luar biasa. Korban tewas diperkirakan 10.000 orang.
Gempa Bumi Di Tangshan,
Cina, Tahun 1976
Tanggal 28 Juli 1976. Gempa bumi
berkekuatan 8,3 Skala Richter (SR) mengguncang permukaan bumi Tangshan sekitar
pukul 3.45 waktu setempat, ditambah lagi gempa susulan berkekuatan 7,1 SR
terjadi pada sore harinya. Meluluhlantakan lebih kurang 600 rumah penduduk dan
ratusan bangunan lainnya termasuk pusat pembangkit listrik hidroelektrik, rumah
sakit-rumah sakit dan jembatan-jembatan strategis. Di mana-mana yang
terlihat mayat-mayat bergelimpangan di antara puing-puing yang berserakan. Ratusan
penduduk yang terlelap tidur tewas seketika dan ratusan ribu lainnya luka-luka
disusul ribuan kematian lainnya karena wabah penyakit yang diakibatkannya. Setiap jalan yang terentang lebih dari 640
km (400 mil) hancur terkoyak, sehingga menyulitkan siapapun tim penyelamat
untuk bisa masuk ke wilayah itu. Layanan Seismologis Cina menyatakan kepastian jumlah
korban tewas tidak lebih dari 242.419 orang, meskipun pada awalnya
memperkirakan sekitar 655.000 orang.
Gempa Bumi Di Armenia, Uni
Soviet, Tahun 1988
Tanggal 7 Desember 1988. Gempa bumi yang terukur
pada 6,9 SR terjadi pukul 11.41 memporak porandakan perumahan penduduk,
bangunan perkantoran dan gedung-gedung bertingkat lainnya sejauh radius
lingkaran 30 mil (48 km). Kejadiannya di tengah aktivitas masyarakat bekerja,
sehingga kehancuran gedung-gedung tersebut menimpa langsung dan mengubur
hidup-hidup ribuan orang yang ada di dalamnya hingga menjadi mayat. Dibandingkan
dengan gempa Tangshan yang tercatat pada angka 8,3 SR mungkin ukuran
kekuatannya tidak seberapa, akan tetapi kedahsyatannya telah meluluhlantakan
seisi Kota Spitak, Armenia. National Oceanic and Atmosheric (NOAA)
memperkirakan kehancuran yang begitu hebat dari akibat bencana tersebut adalah
karena faktor temperatur yang sangat dingin serta kondisi tanah dan konstruksi
bangunan yang tidak memadai. Korban tewas diperkirakan 55.000 orang dengan
kerugian material senilai lebih kurang $14,2 milyar dan lebih memilukan lagi
dampak dari bencana tersebut puluhan ribu penduduk yang masih hidup mengalami
kemiskinan panjang.
Gempa Bumi Di Iran, Tahun
1990.
Tanggal 21 Juni 1990. Gempa bumi
terburuk yang pernah menghantam Laut Kaspia. Gempa yang berkekuatan hingga 7,7
SR dan menghantamnya pukul 00.30 dini hari ini telah menghancurkan dan memporak
porandakan Kota-kota seperti Rudbar, Manjil dan Lushan, dan diperkirakan 700
desa kecil hancur total serta 300 desa lainnya mengalami rusak berat. Belum
lagi ribuan mayat manusia bergeletakan berbaur di antara puing-puing reruntuhan
bangunan. Lengkap sudah penderitaan makhluk-makhluk hidup yang ada di wilayah
bumi itu ketika gempa susulan berkekuatan 6,5 SR menghantam dan menghancurkan segalanya
selama empat hari berturut-turut. Suasananya begitu menakutkan, hari-harinya
selama getaran gempa itu terasa selalu dibayang-bayangi oleh kematian. Tercatat
lebih dari 100 ribu rumah benar-benar runtuh dan menimbun seisinya. Dalam
bencana ini 50.000 orang diperkirakan tewas, 60.000 orang luka-luka dan
kerusakan-kerusakan ditaksir senilai $7 juta.
Gempa Bumi di Kobe, Jepang,
tahun 1995.
Tanggal 16 Januari 1995. Gempa
bumi berkekuatan 7,2 SR dan disebut sebagai bencana paling mahal sepanjang
masa, di mana kekuatannya telah menghancurkan dan menewaskan ribuan korban
hanya dalam waktu sekitar 20 detik. Kejadiannya pukul 5.46 pagi hari selama 20
detik, akan tetapi pemulihannya dibutuhkan waktu satu dekade. Hampir semua
gedung di perkotaan mengalami kerusakan dan kehancuran berat, hampir semua
rumah ambruk dan rata dengan tanah, lebih dari 90 persen dari 187 tambatan
kapal di pelabuhan mengalami kerusakan., ribuan mayat bergelimpangan menyatu dengan
puing-puing reruntuhan bangunan. Hansin Expressway sepanjang beberapa kilometer
telah hancur di beberapa tempat. Korban tewas diperkirakan 5.502 orang dengan
kerusakan senilai $147 milyar.
Topan Mitch Di Negara-Negara
Wilayah Amerika, Tahun 1998.
Tanggal 26 Oktober-5 Nopember
1998. Topan Mitch yang berkecepatan lebih dari 175 mil (280 km) per jam dan
lebih dari 200 hembusan telah menyapu dan menggulung serta menyisir selama
sepuluh hari melewati negara-negara di wilayah Amerika Tengah. Negara-negara
yang kedatangan tamu mengerikan itu antara lain Honduras, Nikaragua, Guatemala,
El Salvador, Kosta Rika, Belize, Meksiko dan Florida Keys. Honduras adalah
negara paling parah, di mana Topan Mitch telah membunuh lebih dari 14.000
orang, memporak porandakan 21 kota, meratakan ribuan rumah dengan tanah dan
menyapu 75 persen ladang padi. Topan Mitch menghembus ke Negara-negara bagian
lainnya, bagai monster angin raksasa yang mengobrak-abrik segala apa yang
dilewatinya. Hujan tak terduga yang dibawanya menjadikan tanah dan lumpur
longsor; banjir air bercampur lumpur menyeret kota-kota serta seisinya,
manusia, hewan, gedung-gedung dan apapun yang berada di dalam jalurnya. Gelimang
mayat dalam kubangan lumpur setinggi beberapa meter seolah menggantikan posisi
rumah-rumah, jalan-jalan dan gedung-gedung lainnya. Benar-benar sebuah pemandangan
yang begitu mengerikan. Korban yang tewas diperkirakan 18.323 orang.
Gempa Bumi Di Izmit, Turki,
Tahun 1999
Tanggal 17 Agustus 1999. Gempa
bumi berkekuatan 7,4 SR terjadi sekitar pukul 3.01 dini hari mengguncang Izmit,
Turki, sepanjang Ngarai Anatolia Utara (sebuah jurang yang secara geologis
sangat serupa dengan Jurang San Andreas di California), mengakibatkan kerusakan
dan korban jiwa yang sangat besar. Guncangan gempa terasa hingga jarak lebih
dari dua ratus mil (320 km). Seluruh wilayah Turki mengalami listrik padam;
kilang minyak yang mensuplai sepertiga minyak bagi Turki harus ditutup selama
berminggu-minggu karena habis terbakar. Puluhan ribu orang tewas seketika
karena tertindih reruntuhan dan puing-puing rumah yang menimpa mereka.
Kira-kira 600.000 orang telah kehilangan tempat tinggal, hingga akhirnya harus
tinggal di jalan-jalan. Di Golcuk, Turki, baik gedung-gedung lama maupun
gedung-gedung baru ambruk berpuing-puing dan menewaskan mereka yang ada di
dalamnya. Namun demikian, sebuah mesjid kota yang sangat besar, yang telah
dibangun sejak berabad-abad lalu tetap berdiri kokoh dan hanya mengalami
kerusakan kecil. Diyakini pada saat itu bahwa akibat dari bencana tersebut telah
menghancurkan 10 persen perekonomian Turki. Korban tewas diperkirakan hingga
40.000 dan kerugian meterial sebesar $40 milyar.
Gempa Bumi Dan Tsunami Aceh,
Indonesia, Tahun 2004
Tanggal 26 Desember 2004. Gempa tektonik
berkekuatan 8,9 SR di Samudera India atau tepatnya di ujung barat Pulau
Sumatera yang terjadi Minggu pagi pukul 8.00 WIB meluluhlantakan sebagian
wilayah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) dan Sumatera Utara. Belum
hilang kepanikan akibat gempa dahsyat tersebut, gelombang air pasang tsunami menerjang puing-puing
reruntuhan akibat gempa dan menenggelamkan sebagian besar wilayah tersebut. Gelombang
raksasa inipun telah menyapu bersih pemukiman nelayan di kawasan pesisir
pantai. Seketika daratan seakan berubah lautan berombak ganas. Tak pelak lagi,
bangunan-bangunan yang sudah hancur lebur berpuing-puing akibat gempa terseret
berkilo-kilo meter jaraknya. Mayat-mayat tak bertuan berserakan di mana-mana. Namun
sebuah keajaiban terjadi terhadap Mesjid Rahmatullah di wilayah NAD, sekalipun
gelombang dahsyat menghantamnya, tetap berdiri tegar tak bergeming. Negara di
Asia Tenggara lainnya yang juga parah terimbas gempa tersebut adalah Sri Lanka.
Korban tewas di Aceh dan Sumatera Utara diperkirakan 230.000 orang, sementara
di Sri Lanka diperkirakan lebih dari 30.000 orang.
Gempa Bumi di Nias,
Indonesia, Tahun 2005.
Tanggal 28 Maret 2005. Gempa
dahsyat berkekuatan 8,7 SR mengguncang Pulau Nias dan simeuleu Sumatera Utara,
terjadi pada Senin malam pukul 23.09 WIB. Peristiwa tersebut terjadi di tengah
masyarakat sedang lelap-lelapnya tidur. Sebagian besar bangunan, perumahan rata
dengan tanah. Fasilitas-fasilitas umum seperti listrik, air bersih, telepon di
Gunung Sitoli rusak total. Nyaris tidak ada bangunan yang bisa terselamatkan. Belum
lagi wabah penyakit seperti kolera dan disentri menyebar di mana-mana dan
menyerang warga yang selamat. Komunikasi terputus, sehingga menyebabkan
terhambatnya penanganan serta pengiriman bantuan. Korban tewas dari peristiwa
tersebut diperkirakan 1.000 orang.
Itulah sebagian bencana-bencana
alam yang boleh dikatakan terbesar sejak 1970 hingga sekarang dan bila
dipaparkan semuanya begitu banyak bencana-bencana dahsyat lainnya yang telah terjadi
di tahun-tahun sebelumnya. Bahkan bukan hanya bencana alam, tetapi banyak juga
musibah lainnya yang tidak kalah dahsyatnya seperti Wabah Kelaparan di Ukraina
tahun 1921 dan 1932 yang menewaskan 5 juta hingga 7 juta orang, Epidemi AIDS di
seluruh dunia sejak tahun 1970 hingga saat ini memakan korban tewas lebih dari
22 juta orang, Bencana Kekeringan dan Wabah Kelaparan di India tahun 1896-1901
merenggut nyawa 8,25 juta orang, dan masih banyak lagi yang lainnya.
Di Indonesia sendiri selain
bencana yang dikategorikan terbesar seperti gempa dan tsunami di Aceh dan Nias,
banyak lagi bencana-bencana alam lainnya yang bisa dikatakan memilukan seperti
Gempa Padang 2 Juli 2009, Gempa Yogja 27 Mei 2005, Jebolnya Situ Gintung
Ciputat tahun 2009, terbakarnya Hutan
Gunung Guntur Garut tahun 2009, terbakarnya
Padang Savana Gunung Rinjani tahun 2009, Gempa dan Tsunami Mentawai tahun 2009-2010,
Gempa Tasikmalaya tahun 2009, Banjir Bandang, Tanah Longsor dan tentunya masih banyak
lagi bencana-bencana lainnya. Adapun bencana alam yang paling dahsyat di
Indonesia bahkan mengguncang dunia sepanjang abad 19 adalah Meletusnya Gunung Tambora
di Sumbawa 5 April 1815 dengan perkiraan korban tewas hingga 150.000 orang dan
Meletusnya Gunung Krakatau di Selat Sunda 26-27 Agustus 1883 dengan korban
tewas diperkiraan 36.417 orang.
Ilmuwan Simpson dari Geosains
Australia memaparkan bahwa pertumbuhan
penduduk adalah penyebab utama hancurnya kawasan Asia-Pasifik akibat bencana
alam, karena begitu populasi bertambah, orang mulai menetap pada
daerah-daerah yang sebelumnya tidak pernah ditinggali, seperti lereng curam
yang rawan longsor, di pinggir sungai atau pantai yang setiap beberapa tahun
akan mengalami banjir. Prediksi manusia dengan ilmiahnya tentang penyebab
terjadinya bencana alam tersebut terkadang bisa dibenarkan, namun sesungguhnya
semua itu adalah merupakan azab atas kesombongan manusia di muka bumi ini, di
mana jauh sebelum orang memprediksikan hal ini sudah dituliskan oleh Allah SWT,
sebagaimana firman-Nya :
“tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak
pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh)
sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi
Allah. (Kami jelaskan
yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari
kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya
kepadamu. dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan
diri,” (Al-Hadid, QS 57 : 22-23)
“dan apa saja musibah yang menimpa kamu Maka adalah
disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar
(dari kesalahan-kesalahanmu). dan kamu tidak dapat melepaskan diri (dari azab Allah) di muka bumi,
dan kamu tidak memperoleh seorang pelindung dan tidak pula penolong selain
Allah.” (Asy-Syura, QS 42 : 30-31).
Bencana adalah sebuah peringatan
Allah kepada manusia, serta juga merupakan azab di muka bumi ini atas
keingkaran manusia kepada-Nya. Apabila Allah menimpakan yang demikian, maka
tidak ada seorangpun yang mampu melepaskannya, dan tidak ada yang bisa sembunyi
ke manapun dan di manapun sekalipun di dalam benteng yang terbuat dari
berlapis-lapis beton. Jutaan jiwa yang terenggut akibat dahsyatnya tekanan
peringatan-Nya seakan-akan menjadi saksi atas merosotnya akidah manusia secara
terus menerus dari masa ke masa. Simak ayat di bawah ini :
“Mengapa
Allah akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman? Dan Allah Maha mensykuri dan Maha Mengetahui.” (An-Nisa, QS 4 : 147).
”Adapun
orang kafir, maka akan Ku siksa mereka dengan siksa yang sangat keras di dunia
dan di akhirat, dan mereka tidak ada memperoleh penolong.” (Ali ’Imran,QS 3:56).
Andai saja manusia pandai bersyukur dan beriman,
maka tidak ada alasan bagi Allah menurunkan peringatan yang begitu keras. Namun
apabila sebaliknya, maka bencana akan terus bersaksi sepanjang masa.***