Senin, 31 Oktober 2011

MEMAKAN DAGING SAUDARA SENDIRI


 

Oleh : Zamid al Zihar


   Sebagai makhluk sosial, manusia suka berkelompok atau berkumpul baik dalam suatu kegiatan yang dilandasi tujuan-tujuan tertentu untuk kepentingan bersama maupun hanya sekedar ngobrol-ngobrol biasa atau apa yang biasa disebut dengan ngerumpi. Ngerumpi bisa terjadi di mana saja, kapan saja, entah siang atau malam hari, baik dilakukan oleh para laki-laki, para perempuan maupun kedua-keduanya. Adanya ngerumpi disamping karena sengaja hanya untuk sekedar melepas jenuh sambil ngopi ataupun nyantap makanan kecil, juga bisa karena diawali adanya pertemuan khusus baik urusan pekerjaan ataupun kemasyarakatan. Ngerumpi sama saja dengan ngobrol-ngobrol biasa, saling curhat antar pribadi, ngobrol masalah politik, masalah lingkungan dan masalah umum lainnya yang biasanya diwarnai dengan canda dan tawa. Namun demikian ngerumpi bisa menjadi ngobrol-ngobrol yang luar biasa, jika saja isi obrolannya mengarah kepada suatu keburukan.

   Dalam bermasyarakat tentunya berkumpul atau yang dikatakan ngerumpi itu adalah sesuatu hal yang sangat baik dan banyak sekali manfaatnya disamping sebagai wadah aspirasi social, juga merupakan sarana penyambung tali silaturahmi serta pengikat erat tali persaudaraan. Namun di sisi lain berkumpul juga sarat akan keburukan dan riskan terhadap campur tangan setan. Jiwa manusia terkadang bagaikan sebuah pohon yang terombang-ambing angin, angin ke barat akan condong ke barat dan angin ke timur akan condong ke timur, bilamana satu atau sebagian membicarakan ikhwal kebaikan maka semua akan bicara kebaikan, tetapi begitu setan dengan licik menghembuskan fitnahnya maka suasananya akan berubah menjadi keburukan. Di situlah adanya yang dimaksud dengan obrolan-obrolan luar biasa yakni menggunjing keburukan orang lain atau apa yang dinamakan oleh islam dengan ghibah.

   Menurut Syaikh Imam Al-Ghazali dalam buku Penyakit Hati karya Ibrahim M.Al-Jamal, dikatakan bahwa pengertian dan batasan ghibah adalah membicarakan sesuatu yang terdapat pada orang lain, yang jika sampai kepadanya dia tidak akan menyukainya. Pembicaraan dalam hal ini tentunya mengenai keburukan dan kekurangan orang lain seperti yang berhubungan dengan akhlaknya, perbuatannya, masalah agamanya, masalah keadaannya, masalah rumah tangganya, urusan keduniaannya, berburuk sangka dan lain sebagainya. Dampak dari perbuatan menggunjing (ghibah), bagi dirinya sendiri akan memunculkan kesombongan, riya, merasa dirinya yang terbaik dan bahkan bisa timbul perbuatan mengadu domba (namimah). Sementara bagi pihak yang digunjingnya jika saja orang itu tahu, maka kemungkinannya akan menimbulkan keretakan dalam kerukunan bermasyarakat, dan lebih jauh lagi tidak jarang yang berakibat kepada keretakan dalam rumah tangganya. Begitu jahat dan buruknya orang-orang yang menggunjing, sehingga Allah SWT menyamakannya dengan orang-orang yang suka makan daging saudaranya sendiri, sebagaimana firman-Nya :

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka, karena sebagian dari prasangka itu dosa dan janganlah kamu mencari-cari keburukan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain. Sukakah salah seorang di antara kamu memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.” (Al-Hujarat, QS 49 : 12)

   Kegiatan ber-ghibah ria terjadi karena adanya pertemuan dua orang atau lebih. Dalam kehidupan masyarakat, disadari atau tidak kenyataannya sering kali hal ini terjadi dan dilakukan oleh sekumpulan para perempuan terkhusus ibu-ibu rumah tangga, bisa saja kemungkinannya selain karena sudah merupakan karakter perempuan, juga didukung besarnya peluang atau kesempatan waktu mereka untuk saling bersosialisasi. Misalnya pertemuan tanpa terencana yang biasanya terjadi setelah menyelesaikan pekerjaan rumah tangga, pertemuan ketika menunggu waktu anak-anaknya sekolah (TK/SD), pertemuan dalam kegiatan arisan, dan yang lebih memprihatinkan tidak jarang juga terjadi dalam kelompok kegiatan keagamaan semisal pengajian. Padahal sesungguhnya kita semua saudara, terlebih terhadap sesama muslim, selayaknyalah saling menjaga hubungan persaudaraan serta satu sama lainnya tidaklah saling mencela. Sebagaimana dikatakan Abdullah bin Umar ra. bahwasannya Rasulullah SAW bersabda :

“Orang Islam itu adalah saudara orang Islam, ia tidak menganiayanya dan tidak pula membiarkannya. Barang siapa yang memenuhi kebutuhan saudaranya maka Allah memenuhi kebutuhannya. Barang siapa yang melepaskan kesulitan orang Islam niscaya Allah akan melepaskan kesulitan-kesulitannya nanti di hari Qiyamat, dan barang siapa yang menutupi cela orang Islam niscaya Allah akan menutupinya nanti di hari Qiyamat.” (Riwayat Bukhari dan Muslim).

   Lidah itu meskipun bukanlah sebilah pisau, akan tetapi bisa menyayat hingga begitu menyakitkan. Lidah itu tajam bisa melukai orang lain. Oleh karena itu jika kita tidak ingin merasakannya, maka jagalah perkataan kita agar tidak menyinggung perasaan orang lain. Hendaklah juga kita berhati-hati terhadap orang-orang yang selalu menggunjingkan tentang keburukan orang lain kepada kita, sebab kemungkinannya juga suatu saat ia akan menggunjingkan kita kepada orang lain. Menggunjing dan berprasangka buruk kepada orang lain sama saja dengan menebar fitnah, artinya juga sama dengan perbuatan setan yang apabila kita terlibat di dalamnya maka akan menuai dosa, sebagaimana Allah SWT berfirman :

“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan prasangka, karena sebagian dari prasangka itu dosa dan janganlah kamu mencari-cari keburukan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain…”  (Al-Hujarat, QS 49 : 12)

Bahkan Syaikh Imam Al-Ghazali mengatakan : “ Ketahuilah bahwa berburuk sangka itu hukumnya haram, seperti hukumnya mengatakan perkataan yang buruk. Maka, sebagaimana diharamkan atas kamu untuk membicarakan orang lain tentang keburukan-keburukannya, diharamkan pula untuk mendetikkan di dalam hati dan berburuk sangka terhadap orang lain. Yang saya maksudkan bukan hanya keyakinan hati, tetapi juga mengklaimnya dengan keburukan.”

   Saudaraku, jadikanlah sesama itu sebagai saudara, salinglah menghargai privasinya serta tidak lantas saling umbar kebaikan atau kehebatan diri sendiri sementara tidak habis-habisnya merendahkan dan mencela orang lain. Bila saja tidak bisa berkata baik mengenai seseorang, maka janganlah juga berkata buruk tentang orang itu, karena sesungguhnya belum tentu orang tersebut lebih buruk dari kita, bahkan tidak menutup kemungkinan kenyataannya bisa sebaliknya bahwa kitalah yang justru lebih buruk dari pada mereka. Sesungguhnya pula antara sesama mukmin bagaikan satu tubuh, di mana mencela sesama mukmin berarti juga mencela diri sendiri. Allah SWT berfirman :

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh Jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh Jadi yang direndahkan itu lebih baik. dan janganlah suka mencela dirimu sendiri...” (Al-Hujarat, QS 49 : 11)

   Jika saja kita mau banyak bertanya kepada diri sendiri tentang hati dan perasaan, juga tentang kekurangan dan kelemahan diri sendiri, maka mungkin kita akan terhanyut ke dalam hati dan perasaan orang lain, juga kita akan bisa lebih memahami kekurangan dan kelemahan orang lain. Sekalipun kita melihat kenyataannya orang lain itu buruk, maka janganlah lantas di buruk-burukan apalagi sampai digunjingkan, akan tetapi jadikanlah sebuah pembelajaran agar kita terhindar dari hal seperti itu. Terlebih kalau kita hanya mendengar dari seseorang, yang mana kita sendiri tidak ada pengetahuan tentang apa yang disampaikan oleh orang itu, maka jauhkanlah dari berprasangka agar kita terhindar dari perbuatan yang merugikan. Sebagaimana Allah SWT berfirman :

“Hai orang-orang yang beriman, jika dating kepadamu orang pasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (Al-Hujarat, QS 49 : 6)

“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan, dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggung-jawabannya.” (Al-Isra, QS 17 : 36).

   Saudaraku, tidak akan pernah putus keburukan itu selama kita tidak pernah berupaya mengendalikannya, dan tidak akan pernah lekang kebaikan itu selama kita ada kemauan menjaganya. Membenci adalah sifatnya kemanusiaan, menyayangi adalah sifatnya ketuhanan. Manusia acap kali menebar kebencian, namun mereka yang suka menyayangi sesamanya adalah sangat terpuji di hadapan Tuhan Allah SWT. Jika sekarang dan kemarin dipenuhi keburukan, maka jadikanlah besok dan ke depannya sarat dengan kebaikan. Semoga kita tidak termasuk dalam golongan orang yang suka memakan daging saudara sendiri. Amin.  

Selasa, 25 Oktober 2011

DAHSYATNYA PERINGATAN ALLAH

Oleh : Zamid al Zihar.

  
   Seperti yang kita ketahui bahwa manusia di alam dunia ini hanyalah sebagai khalifah atau sebagai pengembara yang berjalan menuju akhir tempat yang sesungguhnya yakni alam akhirat. Selama melakukan perjalanan tersebut tentunya manusia harus melewati berbagai peraturan dan ketentuan yang telah di tetapkan Allah SWT. Jika dilanggar, maka Allah akan memberikan peringatan. Pelanggaran terkecil hingga terbesar tentu kadar peringatannya satu sama lain akan berbeda. Jika terhadap peringatan-peringatan tersebut manusia masih tetap saja pada kondisi tidak jera atau tidak ada upaya memperbaikinya, maka eksekusi yang sesungguhnya adalah kelak di hari kiamat, di mana menjelang masuk pintu alam akhirat segala amal perbuatan kita akan diperhitungkan. Bagi yang selama perjalanan di dunianya mentaati peraturan-Nya ataupun yang setelah diberikan peringatan lalu bertobat dan kembali berjalan sesuai peraturan-Nya maka tempatnya adalah surga. Sedangkan bagi yang sebaliknya dari itu maka tidak akan berlaku lagi peringatan, di mana tempatnya adalah penjara akhirat (neraka) dan dihukum dengan hukuman yang tiada bandingannya. Itulah seberat-beratnya hukuman yang pasti akan dirasakan di akhir perjalanan mengarungi kehidupan dunia.

   Peringatan Allah bisa mengambil berbagai bentuk seperti bencana alam, kelaparan, wabah penyakit dan lain sebagainya. Baik peraturan, peringatan (hukuman) di dunia maupun hukuman di akhirat semuanya telah tertulis dalam kitab pedoman hidup manusia yakni Al-Qur’an. Allah Ta’ala tidak akan pernah menimpakan peringatan atau hukuman jika saja ketentuan-Nya tidak dilanggar. Jadi peringatan yang dirasakan manusia di atas bumi ini adalah semata karena kesalahan manusia itu sendiri. Hal ini ditegaskan dalam Al-Qur’an sebagaimana firman-Nya :

“Apa saja nikmat yang kamu peroleh adalah dari Allah, dan apa saja bencana yang menimpamu, maka dari (kesalahan) dirimu sendiri…” (An-Nisa, QS 4 : 79).

   Jika Allah memberikan peringatan kepada umat-Nya, maka tidak akan pernah ada yang mampu menolaknya apalagi melawannya. Datangnya secara tiba-tiba tanpa ada yang bisa memprediksi kapan akan terjadinya. Begitu keras dan dahsyat, sehingga siapapun yang melihat dan merasakannya sudah pasti akan ketakutan dan kesakitan, bahkan seketika itu juga manusia akan tertunduk tanpa daya, ada yang berputus asa dan ada juga yang meratap-ratap memohon ampunan-Nya. Peringatan atau teguran bukan hanya menimpa kepada diri orang sendiri, tapi secara massal kepada kaum manusia dalam suatu negeri yang tentunya disebabkan atas pelanggaran-pelanggaran terhadap peraturan-peraturan yang telah ditetapkan-Nya. Bagaimanakah Allah mengadakan peringatan atau teguran kepada umat-Nya? Mari kita tengok ke belakang beberapa peringatan Allah dari waktu ke waktu berupa kejadian-kejadian bencana alam terbesar yang paling mengerikan dan memilukan yang pernah mengguncang dunia sepanjang periode tahun 1970 hingga sekarang.

Gempa Bumi Dan Tanah Longsor Di Peru, Tahun 1970

   Tanggal 31 Mei 1970. Gempa bumi terjadi pada pukul 15.23 yang terukur mencapai kekuatan 7,75 pada Skala Richter. Sumber gempa berasal dari retakan di dasar laut dekat pelabuhan Chimbote yang berjarak sekitar 30 mil (50 km) dari pantai. Kerusakan yang menakutkan seiring bencana tersebut terjadi di kota-kota pesisir terutama di Chimbote. Gelombang guncangan gempa menyebar dalam lingkaran konsentris sebelah utara Peru. Begitu hebatnya hingga mengakibatkan kota hancur lebur terkoyak, manusia terkubur serta 95 persen gedung-gedung runtuh. Dahsyatnya lagi, Huaras yang merupakan tempat peristirahatan populer lenyap dari bumi seakan tak berbekas. Belum lagi selesai, gempa ini memicu bergeraknya tanah wilayah Gunung Huascaran, sehingga terjadi longsor yang sangat besar dan mengerikan. 3,5 milyar kubik lumpur, batu dan air serta gletser setebal seratus kaki (30 m) menghujani kota Yungay. Besarnya beban yang luar biasa itu menjebolkan bendungan di sepanjang Peru Utara. Sebuah sumber melukiskan efek tanah longsor ini sebagai penyempurnaan kerusakan yang sebelumnya terlewatkan dari dari gempa bumi. Diperkirakan korban tewas 66.794 orang ditambah kerugian materil senilai $250 juta.

Badai Tropis di Bangladesh, Tahun 1970.

  Tanggal 13 Nopember 1970. Angin puyuh yang disertai tsunami raksasa setinggi 15 meter menghantam dengan ganas pulau-pulau kecil lepas pantai di Teluk Benggala, meninggalkan pulau-pulau kecil ini seakan tidak pernah di tempati manusia sebelumnya. Pemandangan yang mengerikan, dimana mayat-mayat berserakan di daratan, juga bergelantungan di pohon-pohon seakan buah-buah pohon yang berubah bentuk menjadi sosok mayat manusia. Belum lagi banyaknya mayat-mayat yang mengapung di Sungai Gangga dan Delta disertai jutaan bangkai sapi dan binatang-binatang lainnya, sehingga merubah warna air sungai itu menjadi merah. Keadaannya begitu mencekam, dunia pada saat itu seakan tak berfungsi lagi sebagai tempat kehidupan dan penghidupan. Jumlah korban berdasarkan laporan dari berbagai sumber diperkirakan sebanyak satu juta orang.

Topan Fifi di Honduras, Amerika Tengah, Tahun 1974.

   Tanggal 18-20 September 1974. Topan Fifi berkecepatan 110 mil (175 km) per jam bergerak melewati barat laut Honduras, meluluh lantakan kota Chomola dan San Pedro Sula. 60 persen industri pertanian mengalami kerusakan luar biasa, 60.000 orang kehilangan tempat tinggal. Badai topan juga menumpahkan Sungai Ulua dan Sungai Aguan, sehingga airnya meluap hebat, gelombangnya mengerikan, menyapu perumahan, bangunan dan apa saja yang disinggahinya. Banjir kematian dan kerusakan sama-sama tinggi jumlahnya. Selepas badai berlalu, meninggalkan pemandangan yang memilukan, kehancuran sejauh berkilo-kilometer, rumah-rumah yang hancur dan menyatu dengan tanah, lapangan-lapangan yang tergenang bagaikan danau-danau luas yang terhampar dan ribuan mayat ditimbun setinggi mungkin, lalu dibakar. Badai topan telah menyisakan kepedihan yang luar biasa. Korban tewas diperkirakan 10.000 orang.

Gempa Bumi Di Tangshan, Cina, Tahun 1976

   Tanggal 28 Juli 1976. Gempa bumi berkekuatan 8,3 Skala Richter (SR) mengguncang permukaan bumi Tangshan sekitar pukul 3.45 waktu setempat, ditambah lagi gempa susulan berkekuatan 7,1 SR terjadi pada sore harinya. Meluluhlantakan lebih kurang 600 rumah penduduk dan ratusan bangunan lainnya termasuk pusat pembangkit listrik hidroelektrik, rumah sakit-rumah sakit dan jembatan-jembatan strategis. Di mana-mana yang terlihat mayat-mayat bergelimpangan di antara puing-puing yang berserakan. Ratusan penduduk yang terlelap tidur tewas seketika dan ratusan ribu lainnya luka-luka disusul ribuan kematian lainnya karena wabah penyakit yang diakibatkannya. Setiap jalan yang terentang lebih dari 640 km (400 mil) hancur terkoyak, sehingga menyulitkan siapapun tim penyelamat untuk bisa masuk ke wilayah itu. Layanan Seismologis Cina menyatakan kepastian jumlah korban tewas tidak lebih dari 242.419 orang, meskipun pada awalnya memperkirakan sekitar 655.000 orang.

Gempa Bumi Di Armenia, Uni Soviet, Tahun 1988

   Tanggal 7 Desember 1988. Gempa bumi yang terukur pada 6,9 SR terjadi pukul 11.41 memporak porandakan perumahan penduduk, bangunan perkantoran dan gedung-gedung bertingkat lainnya sejauh radius lingkaran 30 mil (48 km). Kejadiannya di tengah aktivitas masyarakat bekerja, sehingga kehancuran gedung-gedung tersebut menimpa langsung dan mengubur hidup-hidup ribuan orang yang ada di dalamnya hingga menjadi mayat. Dibandingkan dengan gempa Tangshan yang tercatat pada angka 8,3 SR mungkin ukuran kekuatannya tidak seberapa, akan tetapi kedahsyatannya telah meluluhlantakan seisi Kota Spitak, Armenia. National Oceanic and Atmosheric (NOAA) memperkirakan kehancuran yang begitu hebat dari akibat bencana tersebut adalah karena faktor temperatur yang sangat dingin serta kondisi tanah dan konstruksi bangunan yang tidak memadai. Korban tewas diperkirakan 55.000 orang dengan kerugian material senilai lebih kurang $14,2 milyar dan lebih memilukan lagi dampak dari bencana tersebut puluhan ribu penduduk yang masih hidup mengalami kemiskinan panjang.

Gempa Bumi Di Iran, Tahun 1990.

   Tanggal 21 Juni 1990. Gempa bumi terburuk yang pernah menghantam Laut Kaspia. Gempa yang berkekuatan hingga 7,7 SR dan menghantamnya pukul 00.30 dini hari ini telah menghancurkan dan memporak porandakan Kota-kota seperti Rudbar, Manjil dan Lushan, dan diperkirakan 700 desa kecil hancur total serta 300 desa lainnya mengalami rusak berat. Belum lagi ribuan mayat manusia bergeletakan berbaur di antara puing-puing reruntuhan bangunan. Lengkap sudah penderitaan makhluk-makhluk hidup yang ada di wilayah bumi itu ketika gempa susulan berkekuatan 6,5 SR menghantam dan menghancurkan segalanya selama empat hari berturut-turut. Suasananya begitu menakutkan, hari-harinya selama getaran gempa itu terasa selalu dibayang-bayangi oleh kematian. Tercatat lebih dari 100 ribu rumah benar-benar runtuh dan menimbun seisinya. Dalam bencana ini 50.000 orang diperkirakan tewas, 60.000 orang luka-luka dan kerusakan-kerusakan ditaksir senilai $7 juta.

Gempa Bumi di Kobe, Jepang, tahun 1995.

   Tanggal 16 Januari 1995. Gempa bumi berkekuatan 7,2 SR dan disebut sebagai bencana paling mahal sepanjang masa, di mana kekuatannya telah menghancurkan dan menewaskan ribuan korban hanya dalam waktu sekitar 20 detik. Kejadiannya pukul 5.46 pagi hari selama 20 detik, akan tetapi pemulihannya dibutuhkan waktu satu dekade. Hampir semua gedung di perkotaan mengalami kerusakan dan kehancuran berat, hampir semua rumah ambruk dan rata dengan tanah, lebih dari 90 persen dari 187 tambatan kapal di pelabuhan mengalami kerusakan., ribuan mayat bergelimpangan menyatu dengan puing-puing reruntuhan bangunan. Hansin Expressway sepanjang beberapa kilometer telah hancur di beberapa tempat. Korban tewas diperkirakan 5.502 orang dengan kerusakan senilai $147 milyar.

Topan Mitch Di Negara-Negara Wilayah Amerika, Tahun 1998.

   Tanggal 26 Oktober-5 Nopember 1998. Topan Mitch yang berkecepatan lebih dari 175 mil (280 km) per jam dan lebih dari 200 hembusan telah menyapu dan menggulung serta menyisir selama sepuluh hari melewati negara-negara di wilayah Amerika Tengah. Negara-negara yang kedatangan tamu mengerikan itu antara lain Honduras, Nikaragua, Guatemala, El Salvador, Kosta Rika, Belize, Meksiko dan Florida Keys. Honduras adalah negara paling parah, di mana Topan Mitch telah membunuh lebih dari 14.000 orang, memporak porandakan 21 kota, meratakan ribuan rumah dengan tanah dan menyapu 75 persen ladang padi. Topan Mitch menghembus ke Negara-negara bagian lainnya, bagai monster angin raksasa yang mengobrak-abrik segala apa yang dilewatinya. Hujan tak terduga yang dibawanya menjadikan tanah dan lumpur longsor; banjir air bercampur lumpur menyeret kota-kota serta seisinya, manusia, hewan, gedung-gedung dan apapun yang berada di dalam jalurnya. Gelimang mayat dalam kubangan lumpur setinggi beberapa meter seolah menggantikan posisi rumah-rumah, jalan-jalan dan gedung-gedung lainnya. Benar-benar sebuah pemandangan yang begitu mengerikan. Korban yang tewas diperkirakan 18.323 orang.

Gempa Bumi Di Izmit, Turki, Tahun 1999

   Tanggal 17 Agustus 1999. Gempa bumi berkekuatan 7,4 SR terjadi sekitar pukul 3.01 dini hari mengguncang Izmit, Turki, sepanjang Ngarai Anatolia Utara (sebuah jurang yang secara geologis sangat serupa dengan Jurang San Andreas di California), mengakibatkan kerusakan dan korban jiwa yang sangat besar. Guncangan gempa terasa hingga jarak lebih dari dua ratus mil (320 km). Seluruh wilayah Turki mengalami listrik padam; kilang minyak yang mensuplai sepertiga minyak bagi Turki harus ditutup selama berminggu-minggu karena habis terbakar. Puluhan ribu orang tewas seketika karena tertindih reruntuhan dan puing-puing rumah yang menimpa mereka. Kira-kira 600.000 orang telah kehilangan tempat tinggal, hingga akhirnya harus tinggal di jalan-jalan. Di Golcuk, Turki, baik gedung-gedung lama maupun gedung-gedung baru ambruk berpuing-puing dan menewaskan mereka yang ada di dalamnya. Namun demikian, sebuah mesjid kota yang sangat besar, yang telah dibangun sejak berabad-abad lalu tetap berdiri kokoh dan hanya mengalami kerusakan kecil. Diyakini pada saat itu bahwa akibat dari bencana tersebut telah menghancurkan 10 persen perekonomian Turki. Korban tewas diperkirakan hingga 40.000 dan kerugian meterial sebesar $40 milyar.

Gempa Bumi Dan Tsunami Aceh, Indonesia, Tahun 2004

   Tanggal 26 Desember 2004. Gempa tektonik berkekuatan 8,9 SR di Samudera India atau tepatnya di ujung barat Pulau Sumatera yang terjadi Minggu pagi pukul 8.00 WIB meluluhlantakan sebagian wilayah Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam (NAD) dan Sumatera Utara. Belum hilang kepanikan akibat gempa dahsyat tersebut, gelombang air  pasang tsunami menerjang puing-puing reruntuhan akibat gempa dan menenggelamkan sebagian besar wilayah tersebut. Gelombang raksasa inipun telah menyapu bersih pemukiman nelayan di kawasan pesisir pantai. Seketika daratan seakan berubah lautan berombak ganas. Tak pelak lagi, bangunan-bangunan yang sudah hancur lebur berpuing-puing akibat gempa terseret berkilo-kilo meter jaraknya. Mayat-mayat tak bertuan berserakan di mana-mana. Namun sebuah keajaiban terjadi terhadap Mesjid Rahmatullah di wilayah NAD, sekalipun gelombang dahsyat menghantamnya, tetap berdiri tegar tak bergeming. Negara di Asia Tenggara lainnya yang juga parah terimbas gempa tersebut adalah Sri Lanka. Korban tewas di Aceh dan Sumatera Utara diperkirakan 230.000 orang, sementara di Sri Lanka diperkirakan lebih dari 30.000 orang.

Gempa Bumi di Nias, Indonesia, Tahun 2005.

   Tanggal 28 Maret 2005. Gempa dahsyat berkekuatan 8,7 SR mengguncang Pulau Nias dan simeuleu Sumatera Utara, terjadi pada Senin malam pukul 23.09 WIB. Peristiwa tersebut terjadi di tengah masyarakat sedang lelap-lelapnya tidur. Sebagian besar bangunan, perumahan rata dengan tanah. Fasilitas-fasilitas umum seperti listrik, air bersih, telepon di Gunung Sitoli rusak total. Nyaris tidak ada bangunan yang bisa terselamatkan. Belum lagi wabah penyakit seperti kolera dan disentri menyebar di mana-mana dan menyerang warga yang selamat. Komunikasi terputus, sehingga menyebabkan terhambatnya penanganan serta pengiriman bantuan. Korban tewas dari peristiwa tersebut diperkirakan 1.000 orang.  

   Itulah sebagian bencana-bencana alam yang boleh dikatakan terbesar sejak 1970 hingga sekarang dan bila dipaparkan semuanya begitu banyak bencana-bencana dahsyat lainnya yang telah terjadi di tahun-tahun sebelumnya. Bahkan bukan hanya bencana alam, tetapi banyak juga musibah lainnya yang tidak kalah dahsyatnya seperti Wabah Kelaparan di Ukraina tahun 1921 dan 1932 yang menewaskan 5 juta hingga 7 juta orang, Epidemi AIDS di seluruh dunia sejak tahun 1970 hingga saat ini memakan korban tewas lebih dari 22 juta orang, Bencana Kekeringan dan Wabah Kelaparan di India tahun 1896-1901 merenggut nyawa 8,25 juta orang, dan masih banyak lagi yang lainnya.

   Di Indonesia sendiri selain bencana yang dikategorikan terbesar seperti gempa dan tsunami di Aceh dan Nias, banyak lagi bencana-bencana alam lainnya yang bisa dikatakan memilukan seperti Gempa Padang 2 Juli 2009, Gempa Yogja 27 Mei 2005, Jebolnya Situ Gintung Ciputat tahun 2009,  terbakarnya Hutan Gunung Guntur Garut  tahun 2009, terbakarnya Padang Savana Gunung Rinjani tahun 2009, Gempa dan Tsunami Mentawai tahun 2009-2010, Gempa Tasikmalaya tahun 2009, Banjir Bandang, Tanah Longsor dan tentunya masih banyak lagi bencana-bencana lainnya. Adapun bencana alam yang paling dahsyat di Indonesia bahkan mengguncang dunia sepanjang abad 19 adalah Meletusnya Gunung Tambora di Sumbawa 5 April 1815 dengan perkiraan korban tewas hingga 150.000 orang dan Meletusnya Gunung Krakatau di Selat Sunda 26-27 Agustus 1883 dengan korban tewas diperkiraan 36.417 orang.  

   Ilmuwan Simpson dari Geosains Australia memaparkan bahwa pertumbuhan penduduk adalah penyebab utama hancurnya kawasan Asia-Pasifik akibat bencana alam,  karena begitu populasi bertambah, orang mulai menetap pada daerah-daerah yang sebelumnya tidak pernah ditinggali, seperti lereng curam yang rawan longsor, di pinggir sungai atau pantai yang setiap beberapa tahun akan mengalami banjir. Prediksi manusia dengan ilmiahnya tentang penyebab terjadinya bencana alam tersebut terkadang bisa dibenarkan, namun sesungguhnya semua itu adalah merupakan azab atas kesombongan manusia di muka bumi ini, di mana jauh sebelum orang memprediksikan hal ini sudah dituliskan oleh Allah SWT, sebagaimana firman-Nya :

“tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. dan Allah tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri,” (Al-Hadid, QS 57 : 22-23)

“dan apa saja musibah yang menimpa kamu Maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu). dan kamu tidak dapat melepaskan diri (dari azab Allah) di muka bumi, dan kamu tidak memperoleh seorang pelindung dan tidak pula penolong selain Allah.” (Asy-Syura, QS 42 : 30-31).

  Bencana adalah sebuah peringatan Allah kepada manusia, serta juga merupakan azab di muka bumi ini atas keingkaran manusia kepada-Nya. Apabila Allah menimpakan yang demikian, maka tidak ada seorangpun yang mampu melepaskannya, dan tidak ada yang bisa sembunyi ke manapun dan di manapun sekalipun di dalam benteng yang terbuat dari berlapis-lapis beton. Jutaan jiwa yang terenggut akibat dahsyatnya tekanan peringatan-Nya seakan-akan menjadi saksi atas merosotnya akidah manusia secara terus menerus dari masa ke masa. Simak ayat di bawah ini :

“Mengapa Allah akan menyiksamu, jika kamu bersyukur dan beriman? Dan Allah Maha mensykuri dan Maha Mengetahui.” (An-Nisa, QS 4 : 147).

”Adapun orang kafir, maka akan Ku siksa mereka dengan siksa yang sangat keras di dunia dan di akhirat, dan mereka tidak ada memperoleh penolong.” (Ali ’Imran,QS 3:56).

Andai saja manusia pandai bersyukur dan beriman, maka tidak ada alasan bagi Allah menurunkan peringatan yang begitu keras. Namun apabila sebaliknya, maka bencana akan terus bersaksi sepanjang masa.***

BENARKAH PEREMPUAN ADALAH RACUN ?


Oleh : Zamid al Zihar
  

   Dalam pandangan laki-laki normal, perempuan laksana air sejuk yang setiap saat bisa melepas kedahagiaan. Perempuan adalah pemandangan yang terindah dari yang terindah. Bahkan manakala laki-laki mengaguminya, terkadang mereka bisa terlena dan lupa dengan segalanya. Perempuan seumpama mutiara yang memancarkan sinar berkilau, bila dekat akan terpikat, bila renggang akan terkenang. Itulah perempuan, sosok mahkluk Tuhan yang diciptakan dengan segala pesonanya. Namun demikian, banyak orang yang mengatakan bahwa perempuan adalah racun, atau ada juga yang menyebutnya sebagai ular berbisa. Benarkah demikian? Sebelumnya mari kita tengok ke belakang, bagaimana keberadaan perempuan di masa lalu.

Perempuan pada masa pra peradaban islam.

   Jauh sebelum peradaban modern, perempuan dianggap sebagai sosok manusia lemah yang hina dan sama sekali tidak berguna. Keberadaan perempuan tidak lebih dari sampah yang kotor, sehingga perlakuan terhadap mereka jauh di luar batas-batas kemanusiaan. Bangsa Yahudi misalnya, menyebutnya perempuan itu dengan laknat dan haram bila disentuh, setiap perbuatan amoral yang dilakukan laki-laki selalu saja kesalahanya ditumpahkan kepada perempuan, karena perempuan dianggapnya sebagai penggoda dan pengumbar nafsu. Lebih biadab lagi, pada masa jahiliyah, para perempuan entah itu dewasa, anak-anak, bahkan bayipun diburu dan dibunuhnya. Bergeser kepada peradaban lebih maju, perempuan hanya dijadikan sebagai barang pemuas kebutuhan seks, sebagai budak nafsu yang diperjual belikan dan dipertaruhkan dalam berbagai bentuk perjudian, bahkan tidak perduli apakah perempuan itu istrinya sendiri atau bukan. Bangsa Yunani menganggap bahwa perempuan adalah bagian dari perbuatan setan, bahkan seorang filsuf Yunani, Socrates mengatakan :

“Keberadaan perempuan merupakan bibit sekaligus sumber krisis dan kehancuran dunia terbesar, karena perempuan serupa dengan pohon beracun yang kulit luarnya tampak indah, namun ketika burung-burung memakannya, maka ia akan mati dengan segera.”

Perempuan pada masa Islam

   Masuknya Islam mengantarkan ajaran yang mengubah pandangan terhadap eksistensi perempuan. Islam mengangkat harkat martabat perempuan, mengetengahkan keadilan dan persamaan antara perempuan dan laki-laki serta memenuhi hak-hak perempuan. Lebih sempurna lagi, Islam mengatur norma-norma akhlaki dari etika berperilaku, etika berpakaian, etika pergaulan hingga etika-etika bagaimana seharusnya perempuan bersikap kepada laki-laki dan begitu juga sebaliknya bagaimana seharusnya laki-laki memperlakukan perempuan dalam hubungannya sebagai suami istri. Dalam pergaulan antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahram, Allah SWT berfirman :

“Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman, ‘Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat.’” (An-Nur, QS 24 : 30).

“Katakanlah kepada wanita yang beriman, ‘Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakan perhiasannya, kecuali yang (biasa) tampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya…….’” (An-Nur, QS 24 : 31).

   Dalam hubungannya sebagai suami istri, Mu’awiyah bin Haidah ra ketika menanyakan kepada Rasulullah SAW tentang kewajiban suami yang merupakan hak istri, beliau menjawab :

“Kamu harus memberinya makan bila kamu makan, kamu harus memberinya pakaian bila kamu memakai pakaian, kamu tidak boleh memukul mukanya dan tidak boleh berlaku kasar serta tidak boleh memboikotnya kecuali hanya dalam rumah saja.” (Riwayat Abu Daud).

Dijelaskan juga mengenai cara bersikap seorang laki-laki dalam menyampaikan pesan dan nasehat kepada istrinya. Rasulullah SAW bersabda :

“Berpesan-pesan baiklah kamu kepada istri, karena sesungguhnya orang wanita itu terbuat dari tulang rusuk dan bagian atas dari tulang itu bengkok. Kalau kamu luruskan secara paksa maka akan patahlah tulang itu dan kalau kamu biarkan maka akan bengkok terus. Oleh karenanya berpesan-pesan baiklah kepada istri.” (Riwayat Bukhari-Muslim).

    Laki-laki sebagai pemimpin dalam keluarga, seorang istripun tentunya harus memberikan pelayanan yang baik kepada suami serta mentaati apa yang dikehendakinya dan dinasehatkannya. Sebegitu harus patuhnya seorang istri terhadap suaminya, sehingga Rasulullah SAW bersabda :

“Seandainya saya boleh menyuruh seseorang untuk bersujud kepada seseorang, niscaya saya menyuruh seorang istri untuk bersujud kepada suaminya.” (Riwayat Bukhari-Muslim).

    Islam mengajarkan norma-norma berkehidupan kepada manusia tentunya agar langkah manusia tidak tersesat ke jalan yang tidak diridhai-Nya. Perempuan diberikan hak dan kewajiban, serta menempatkannya pada posisi dan kedudukan sebagai manusia yang memiliki harkat dan martabat, yang mana dalam kehidupannya di tengah-tengah kekuasaan laki-laki harus senantiasa dihormati. Dalam berkorelasi antara laki-laki dan perempuan dituntut harus saling menghargai serta saling menjunjung tinggi hak dan kewajibannya masing-masing. Itulah kesempurnaan ajaran islam yang khususnya bagi perempuan membawa angin segar dalam mengekspresikan haknya.

Perempuan pada masa sekarang

   Terlepas dari peradaban masyarakat Islam dengan segala ketentuannya, perempuan pada jaman modern saat ini sepertinya tidak sepenuhnya menunjukan adanya perubahan kedudukan. Sejarah pahit akan perlakuan terhadap perempuan seakan menjadi alasan perempuan untuk menuntut persamaan hak dengan laki-laki. Di negara barat misalnya, kebebasan perempuan dalam berperilaku seolah sebuah legalitas keadaan yang menjadi lambang kebangkitan di mana nilai-nilai akhlak nyaris tidak disentuh. Kesucian dan kehormatan bukan lagi barang berharga, kebebasan pergaulan yang berlebihan telah menutup perasaan malu. Keadaan seperti ini berkembang hingga ke negara-negara timur, bahkan di Indonesia sendiripun tidak sedikit yang mencerminkan kehidupan barat.

    Di Indonesia, berkembangnya kebebasan pergaulan secara umum yang berseberangan dengan norma-norma agamis lebih dipengaruhi oleh gaya hidup modern. Gaya hidup modern bukan saja mempengaruhi kepada perempuan-perempuan yang memiliki status sosial, akan tetapi lebih parah lagi kepada perempuan-perempuan yang berkehidupan miskin. Perempuan dengan segala pesonanya mampu memikat laki-laki, sehingga akan dengan mudah mengorbankan kehormatannya demi memperoleh sarana untuk bisa merubah pola hidup. Indikasi ke arah itu adalah banyaknya perempuan yang terjerumus kepada pelacuran, baik dilakukan perempuan dewasa maupun di bawah umur. Ada juga yang karena kemiskinannya, perempuan mencoba memperbaiki nasib dengan cara menjadi pembantu rumah tangga baik di dalam negeri maupun di luar negeri (yang disebut oleh pemerintah sebagai pahlawan devisa), akan tetapi tidak sedikit juga yang pada kenyataannya terjerumus kepada sistim perbudakannya jahiliyah, di mana sering terjadinya penghinaan, penganiayaan, bahkan pelecehan seksual.

    Kembali kepada norma-norma agama, semua perilaku negatif manusia khususnya perempuan tentunya dilatar-belakangi oleh kurangnya pendidikan akhlak. Lantas siapa yang bertanggung jawab? Ibnu Umar ra menceritakan bahwasnnya Rasulullah SAW bersabda :

”Kamu sekalian adalah pengembala (pemimpin) dan kamu sekalian akan dimintai pertanggung-jawaban tentang kepemimpinannya. Seorang penguasa adalah pemimpin. Seorang laki-laki adalah pemimpin atas seluruh anggota rumahnya. Seorang wanita adalah pemimpin atas rumah suaminya dan anaknya. Kamu sekalian adalah pemimpin, dimintai pertanggung-jawaban atas kepemimpinannya.” (Riwayat Bukhari-Muslim).

    Pemimpin adalah tonggak pemikul tanggung jawab dan otomatis merupakan cermin akan perilaku jamaahnya. Suami memimpin istri dan anak-anaknya, sementara istri memimpin anak-anaknya. Suami dan istri (orang tua) bertanggung jawab akan pendidikan akhlak anak-anaknya. Namun demikian, bertolak dari komunitas keluarga, maka jelas bahwa secara keseluruhan yang bertanggung jawab akan moralitas manusia khususnya para perempuan adalah laki-laki sebagai pemimpin rumah tangga. Dengan demikian, apakah perempuan bisa dikatakan racun kehidupan? Dalam kenyataannya mungkin benar, akan tetapi kembali kepada siapa yang bertanggung jawab, maka laki-lakilah sesungguhnya yang meracuni.***

Senin, 24 Oktober 2011

SAKIT DAN PENAWARNYA DALAM ISLAM


Oleh : Zamid al Zihar

 
Sakit adalah perasaan yang tidak nyaman dalam diri kita. Sakit bisa terasa terhadap fisik, psikis ataupun social. Syariatnya sakit fisik bisa terjadi karena penyakit yang disebabkan pola makan tidak teratur, makanan yang tidak cocok ataupun karena ketidak seimbangan dalam pola hidup. Sakit psikis atau secara psikologik bisa terjadi karena adanya suatu permasalahan pada kondisi mental tidak siap menerima, misalnya seseorang yang baru terkena PHK atau karena hancurnya suatu usaha dan lain sebagainya. Sementara sakit social bisa timbul karena adanya penyakit hati seperti kecemburuan/iri, dengki, dendam, sombong dan lain sebagainya. Terkadang juga penyakit social bisa menimbulkan psikis terganggu ataupun bahkan fisik menjadi sakit, begitu juga sebaliknya. Hakikatnya semuanya penyakit yang diderita oleh kita adalah karena atas kehendak Yang Maha Kuasa. Sakit merupakan keputusan Allah, maka atas kasih sayang-Nya tidak ada suatu penyakitpun yang tidak ada obatnya, sebagaimana Rasulullah SAW bersabda :

“Berobatlah kalian, maka sesungguhnya Allah SWT tidak mendatangkan penyakit kecuali mendatangkan juga obatnya, kecuali penyakit tua.” (HR. Tirmidzi).

“Setiap penyakit ada obatnya. Jika obat itu tepat mengenai sasarannya, maka dengan izin Allah penyakit itu akan sembuh.” (HR. Muslim dan Ahmad).

   Seringkali kita mendengar bahwa karena sakit yang berlebihan dan sulit diobati menjadikan seseorang berputus asa, bahkan adakalanya karena tersiksa oleh penderitaannya menjadikannya mengambil jalan pintas. Padahal Islam dengan tegas melarang hal yang demikian sebagaimana Allah berfirman :

“Katakanlah, hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah berputus asa dari rahmat Allah, sesungguhnya Allah mengampuni segala dosa. Sesungguhnya Dia Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (Az Zumar, QS 39 : 53).

   Sesungguhnya jika Allah memberikan sesuatu kepada kita baik yang menyenangkan maupun yang menyakitkan tentulah ada maksudnya. Pemahamannya, bisa jadi sesuatu yang menyenangkan merupakan kabar buruk bagi kita dan sebaliknya sesuatu yang menyedihkan atau menyakitkan adalah kabar baik. Oleh karena itu apabila kita menyikapinya dengan pemahaman spiritual (agama), maka seberat-beratnya penyakit yang kita derita adalah seringan-ringannya kita dapat menarik sebanyak-banyaknya pahala kebaikan. Artinya di kala kita lelah berusaha mengatasi suatu penyakit dengan syariat medis yang tidak kunjung ada kebaikan, maka  memasrahkan diri kepada Allah-lah adalah obatnya yang paling mujarab. 

   Pasrah dengan suatu keikhlasan akan menghadirkan ketenangan jiwa. Ketenangan jiwa adalah segala-galanya yang dapat menjadikan kekuatan sempurna dalam menghadapi masalah apapun. Ketenangan jiwa mengandung kekuatan spiritual (kerohanian) yang dapat  membangkitkan rasa percaya diri (self confident) dan rasa optimis, di mana kedua hal tersebut sangat diperlukan dalam proses penyembuhan suatu penyakit, tentunya disamping pengobatan secara medis. Itulah barangkali sebabnya, mengapa Organisasi Kesehatan Sedunia (WHO) yang sebelumnya tahun 1947 memberikan batasan sehat hanya dari 3 (tiga) aspek saja yakni sehat dalam arti fisik, psikologik dan social, maka sejak tahun 1984 batasan tersebut berubah dengan tambahan aspek spiritual (kerohanian), sehingga pengertian sehat seutuhnya menjadi sehat fisik, psikologik, social dan spiritual (bio-psiko-sosio-spiritual). 

   Dalam ajaran Islam, bila dikaji secara mendalam tuntunan ke arah pengertian sehat seutuhnya banyak tercantum dalam ayat-ayat Al-Qur’an, di antaranya :

“Katakanlah : Al-Qur’an itu adalah petunjuk dan penawar (penyembuh) bagi orang-orang yang beriman.” (Fushshilat, QS 41 : 44).

“Hai jiwa yang tenang. Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya. Maka masuklah ke dalam jama’ah hamba-hamba-Ku, dan masuklah ke dalam surga-Ku.” (Al-Fajr, QS 89 : 27-30).

   Dengan demikian, maka sebaik-baiknya obat penawar penderitaan  yang  juga bisa dikatakan sebagai pelengkap pengobatan secara medis adalah  memasrahkan diri kepada Allah SWT dengan senantiasa mengingat-Nya serta berdo’a memohon pertolongan-Nya. Tuntunan mengenai hal ini dijelaskan  dalam Al-Qur’an dan hadis : 

1.Hendaklan kita meningkatkan nilai keimanan sebagai pangkal kekuatan dengan meyakini bahwa penyakit yang kita hadapi adalah sebagai cobaan dan ujian keimanan dari Allah SWT,  sebagaimana Rasulullah SAW bersabda : 

“Tidaklah seorang muslim ditimpa musibah, kesusahan, kesedihan, penyakit, gangguan menumpuk pada dirinya (karena banyaknya) kecuali Allah hapuskan akan dosa-dosanya.” (HR.Bukhari dan Muslim).

2. Hendaklah kita bersabar dalam menghadapinya serta tawakal menjalankan perintah-Nya, karena kesabaran dan tawakal dalam menerima cobaan merupakan kunci menuju ketenangan jiwa. Dalam hal ini Allah Ta’ala berfirman : 

“Wahai orang-orang yang beriman, mintalah pertolongan dengan sabar dan salat, sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (Al-Baqarah, QS 2 : 153).
“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa batas.” (Az Zumar, QS 39 : 10).

3. Adakalanya orang yang ditimpa suatu penyakit, ia berkeluh kesah dengan menunjukan ketidak sabarannya serta tidak jarang berburuk sangka kepada Allah. Oleh karena itu, agar memperoleh kesembuhan hendaklah tetap berbaik sangka kepada Allah, sebagaimana Rasulullah SAW bersabda :

“Aku senantiasa berada di samping hamba-Ku yang berbaik sangka dan Aku tetap bersamanya selama ia tetap ingat pada-Ku.” (HR.Bukhari dan Muslim).

Andaipun karena suatu penyakit seseorang ditakdirkan untuk meninggal, maka hendaknya tetap berbaik sangka kepada Allah, karena kepada-Nya-lah kita semua kembali. Hal ini ditegaskan dalam sebuas Hadis Nabi :

“Janganlah ada seorangpun di antaramu yang meninggal, kecuali dalam keadaan berbaik sangka semata-mata hanya kepada Allah.” (HR.Muslim).

4.Hendaklah bertobat dan menyucikan diri dengan senantiasa memohon ampunan-Nya serta memperbanyak shadaqoh. Bertobat dan menyucikan diri adalah perbuatan mendekatkan diri kepada Allah yang sangat disukai oleh-Nya dan hal ini akan sangat berpengaruh kepada proses pengembalian kepercayaan diri. Sementara manfaat shadaqoh tidak hanya sebatas memberikan bantuan kepada yang diberi, melainkan bagi yang bershadaqah ada nilai penyembuhan. Tentang tobat dan menyucikan diri serta keharusan shadaqoh ditegaskan dalam Al-Qur’an dan Hadis nabi :

“…Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang tobat dan menyukai orang-orang yang menyucikan diri.” (Al-Baqarah, QS 2 : 222).

“Ambilah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan mendo’alah untuk mereka. Sesungguhnya do’a kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka, dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” (Tobat, QS 9 : 103).

“Bersihkanlah hartamu dengan membayar zakatnya, sembuhkanlah penyakit-penyakitmu dengan bersedekah dan hadapi ujianmu dengan do’a.” (HR.Tabrani).

5. Hendaklah senantiasa mengingat Allah (berdzikir), karena dengan berdzikir akan menyerap energy positif , di mana hati dan pikiran akan menjadi bersih yang tentunya secara psikologis sangat berpengaruh positif kepada ketenangan jiwa. Tentang hal ini dijelaskan dalam Al-Qur’an dan Hadis Nabi :

 “Hai orang-orang yang beriman, berzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, Zikir yang sebanyak-banyaknya. Dan bertasbihlah kepada-Nya di waktu pagi dan siang. Dia-lah yang member rahmat kepadamu dan malaikat-Nya (memohonkan ampunan untukmu), supaya Dia mengeluarkan kamu dari kegelapan kepada cahaya (yang terang). Dan adalah Dia Maha Penyayang kepada orang-orang yang beriman.” (Al-Ahzab, QS 33 : 41-43).

“Perumpamaan orang yang dzikir (ingat) kepada Tuhannya dengan orang yang tidak dzikir (ingat) kepada Tuhannya adalah bagaikan perumpamaan orang yang hidup dengan orang yang mati.” (HR.Bukhari).

Pengertian dzikir tidak terbatas pada bacaan dzikir seperti Al Asma’ul Husna (99 sifat Allah), akan tetapi juga meliputi segala bacaan dzikir baik dalam do’a, salat ataupun segala amalan kebaikan. 

   Kekuasaan Allah begitu luas, menentukan dan memutuskan sesuatu terjadi terhadap apa dan siapa yang dikehendaki-Nya. Bila sesuatu terjadi terhadap kehidupan kita, maka tak ada sesuatupun yang mampu melawannya selain hanya memohon pertolongan-Nya. Allah mendatangkan penyakit yang menyebabkan rasa sakit dan penderitaan, maka  atas sebab-Nya-lah adanya kesembuhan. Sebagaimana dalam Al-Qur’an ditegaskan :

“Dan bila aku sakit Dia-lah yang menyembuhkan.” (Asy Syua’ara, QS 26 : 80).

Dengan demikian berdzikir dan berdo’a adalah obat yang paling mujarab dalam mengatasi segala penderitaan yang menimpa kita. ***