Jumat, 23 Oktober 2015

PERPUSTAKAAN DAN HOBI MEMBACA



Oleh :  Bambang Harmunan, S.IP.

       Buku bacaan atau segala sesuatu yang merupakan bahan bacaan adalah sumber pengetahuan atau bisa juga dikatakan sebagai jendela wawasan. Hobi membaca berarti masuk ke dalam wawasan ilmu pengetahuan dan secara tidak langsung merupakan proses perubahan dinamika pemikiran ke arah pengembangan yang nyata. Membaca bisa diartikan sebagai menggali ilmu pengetahuan serta merupakan upaya mendidik dirinya sendiri secara berkesinambungan. Semakin gemar membaca, semakin tergiring kepada pemikiran yang kritis, kreatif dan produktif serta akan menjadikan seseorang lebih bijaksana dalam menyikapi sesuatu. Dalam dunia pendidikan, selain adanya pengajar (tutor), buku bacaan serta gemar membaca merupakan kesatuan yang satu sama lain tidak dapat dipisahkan serta sangat membantu kepada fungsi pendidikan itu sendiri dalam upayanya menghasilkan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas.

       Sudah barang tentu dalam hal ini tidak semua orang mampu mengadakan atau membeli buku-buku bacaan yang diperlukan. Oleh karena itu untuk memenuhi kebutuhan tersebut seiring pentingnya gemar membaca serta tersedianya buku bacaan, pemerintah baik melalui satuan pendidikan, organisasi ataupun lembaga-lembaga lainnya berupaya mengadakan sarana dan prasarana bacaan atau yang disebut dengan perpustakaan. Perpustakaan adalah koleksi buku bacaan atau segala sesuatu yang merupakaan bacaan, dalam hal ini bisa berupa buku, majalah dan lain sebagainya. Koleksi buku bisa dilakukan secara pribadi seseorang, namun secara umum perpustakaan adalah merupakan koleksi besar yang diadakan atau dibiayai baik oleh pemerintah maupun institusi lainnya, dengan maksud memberikan kemudahan kepada masyarakat yang memerlukan informasi pengetahuan khususnya masyarakat yang tidak mampu mengadakan atau membeli sekian banyak buku atas biaya sendiri. Adapun dalam fungsinya sebagai pelayanan terhadap kebutuhan ilmu pengetahuan, perpustakaan bertujuan agar masyarakat dengan tanpa membedakan umur dapat mengembangkan kemampuan berfikir yang konstruktif untuk menjadi warga Negara yang baik serta dapat berpartisipasi secara aktif dalam pembangunan nasional. 

       Sejalan dengan perkembangan dunia teknologi, dimana informasi akan ilmu pengetahuan, hiburan, rekreasi, religi dan lain sebagainya semakin mendominasi kebutuhan hakiki manusia, kini perpustakaan tidak hanya sebagai tempat penyimpanan informasi berupa buku-buku atau bacaan lainnya (book material), akan tetapi juga berupa media yang lebih canggih seperti tape audio, tape video, map, CD, kaset film strip, slides, akses internet dan lain sebagainya (non-book material). Adapun di Indonesia sendiri sebagian besar koleksi perpustakaan masih berupa book material dan masih jarang yang memiliki koleksi berupa non-book material. Dengan demikian bisa dikatakan adanya perpustakaan tentunya tidak lepas dari adanya kebutuhan pengetahuan yang sejalan dengan perkembangan kehidupan manusia. Lalu bagaimana perpustakaan itu ada?
       Dalam sebuah komunitas sebut saja sebuah Negara, perpustakaan merupakan pengetahuan dari perkembangan masyarakat. Alur perkembangan masyarakat dari jaman ke jaman adalah sejarah, di mana pengetahuannya tentu saja tidak terlepas dari peranan perpustakaan. Oleh karena itu bisa dikatakan sejarah Negara mencerminkan sejarah perpustakaan. Di Indonesia misalnya, sejarah Indonesia dapat di bagi menjadi beberapa periode yakni : 1. Zaman kerajaan lokal;  2. Zaman kerajaan Islam; 3. Zaman Hindia Belanda; 4. Zaman Jepang; 5. Zaman pasca 1945. Dalam periode pasca 1945 secara umum dibagi lagi menjadi periode 1945-1959, periode 1959-1965 dan periode 1965 ke atas. Pada pembagian di atas, tahun 1950 merupakan awal rancangan karena pada waktu itu pemerintah RI mulai menyebarkan perpustakaan, khususnya perpustakaan umum dengan nama Taman Perpustakaan Rakjat ke seluruh indonesia. Perkembangan perpustakaan umum yang mula-mula menggembirakan itu akhirnya berakhir tragis dengan runtuhnya berbagai taman pustaka rakjat yang didirikan pada tahun 1950-an. Tonggak kebangkitan dimulai pada tahun 1969, dengan pembangunan lima tahun (pelita) pertama. Saat itu, kegiatan perpustakaan tercakup di dalam rencana pembangunan hingga sekarang.
       Kembali kepada peranan perpustakaan terutama bagi perkembangan dunia pendidikan. Di sekolah-sekolah, perpustakaan yang terorganisir secara baik dan sistematis, secara langsung maupun tidak langsung dapat membantu kemudahan bagi proses belajar-mengajar. Hal ini tentunya sangat berpengaruh kepada kemajuan sekolah itu sendiri, bahkan secara umum akan sangat bermanfaat bagi perkembangan kehidupan manusia. Oleh karena itu sekolah dan perpustakaan bisa dikatakan sebagai pasangan yang ideal untuk sebuah kemajuan pendidikan yang tentunya mengarah kepada peningkatan sumber daya manusia.
       Namun demikian dalam kenyataan yang ada, keberadaan perpustakaan di beberapa sekolah khususnya tingkat dasar yang notabene merupakan wadah pendidikan dalam menggalakan motivasi kepada minat baca sedini mungkin, sepertinya terabaikan. Tidak sedikit sekolah-sekolah yang tidak memiliki fasilitas perpustakaan dalam arti perpustakaan seutuhnya yang sesuai dengan tujuannya. Ada buku tidak tersedia tempat, atau sebaliknya ada tempat tidak lengkap buku-bukunya. Hal ini boleh jadi mencerminkan kurangnya minat baca, sehingga terkesan keberadaan perpustakaan tidak terpedulikan. Namun apapun keberadaannya, yang perlu diperhatikan dalam hal ini adalah bagaimana meningkatkan minat baca masyarakat khususnya para peserta didik dengan menekankan kepada pentingnya ilmu pengetahuan bagi kehidupan manusia. Jadi lebih mendasarnya bahwa sarana bacaan (perpustakaan) dan hobi baca adalah kesatuan yang melengkapi upaya peningkatan kualitas hidup manusia. (Ref.sumber bacaan umum)*****