Oleh
: Galuh Ratnatika
Sejauh
mana pemahaman kita terhadap media? Bagaimana kita menanggapi media itu
sendiri? Apa yang ada dalam pikiran kita, ketika melihat tayangan di televisi?
Mengapa media sangat berpengaruh bagi masyarakat? banyak pertanyaan yang akan
muncul ketika kita berbicara mengenai literasi media, atau pemahaman mendalam
mengenai media, khususnya mengenai berbagai tayangan visual yang disajikan di televisi,
yang ada di Indonesia.
Benarkah
media telah melakukan hegemoni terhadap masyarakat?
Hegemoni
dapat disebut juga sebagai penjajahan yang tidak disadari. Banyak masyarakat
Indonesia yang tidak menyadari bahwa sang Raksasa, atau media telah
mengkonstruksi pola pikir mereka, melalui gambar visual yang disajikan
semenarik mungkin. Mulai dari tayangan hiburan, iklan, bahkan pemberitaan yang
kerap kali muncul di layar kaca dengan desain visual dan isi yang di setting sedemikian rupa.
Masyarakat
yang tidak tahu apa-apa dengan mudah mengkonsumsi dan menyerap
tayangan-tayangan tersebut tanpa adanya penyaringan. Meskipun tayangan tersebut
sama sekali tidak berbobot. Bahkan kita tahu, terdapat banyak tayangan hiburan
yang tidak memiliki nilai edukatif, yang targetnya adalah masyarakat menengah
ke bawah. Seperti salah satu tayangan variasi
show, yang membloking prime time, yang hanya menyajikan
komedi-komedi kasar dengan gambaran kekerasan terhadap sesama komedian. Serta
membagi-bagikan uang kepada masyarakat kecil dengan terlebih dahulu
mempermalukan mereka di depan banyak masyarakat Indonesia yang menyaksikan
acara tersebut. Seolah sang Raksasa lah yang berkuasa.
Pantaskah
anak-anak di bawah umur melihat tayangan tersebut? Yang mungkin saja kekerasan
itu dapat dilakukan terhadap temannya, dan berpikir bahwa hal itu adalah lucu.
Pantaskah kita tertawa melihat mereka, rakyat kecil, dipermalukan hanya untuk
selembar uang? Tidak seharusnya hal seperti itu dipertontonkan kepada
masyarakat, khususnya anak-anak di bawah umur.
Tidak
hanya variasi show, sinetron juga
menjadi salah satu bentuk hiburan, yang lebih mengedepankan rating, dibanding pendidikan dan nilai
moralnya. Banyak sinetron yang berlomba-lomba untuk menarik perhatian
masyarakat, dengan alur cerita yang Islami. Sebuah gambaran tentang budaya dan
ajaran Islam yang terlihat baik di mata masyarakat. menggunakan soundtrack dengan lagu Islam,
memperlihatkan gadis-gadis dan wanita-wanita muslim dengan hijabnya. Menyajikan
ustadz sebagai salah satu tokoh
agama. Serta memperbanyak episode hingga
ratusan.
Benarkah
sebaik itu sinetron Islam yang ditayangkan? Saya pribadi mengatakan tidak.
Mengapa? Sinetron bergenre religi yang kerap ditayangkan di televisi, hanya
menggambarkan nilai Islam dari kulitnya saja. Cara berpakaian, kerap kali
menunjukkan jenjang sosial. Dimana Si kaya menggunakan hijab yang
berlapis-lapis, bermerk, dan terlihat sangat anggun. Dan Si miskin, hanya
mengenakan hijab yang terlihat sangat biasa. Tentunya, setiap wanita yang
melihat hal ini, akan mengikuti trend
hijab Si kaya yang terlihat anggun. Apakah Islam mengajarkan seperti itu? Anda
sendiri yang dapat menilainya. Lalu bagaimana
dengan jalan ceritanya? Pada dasarnya, sama dengan sinetron pada umumnya, ada
Si antagonis dan ada Si protagonis. Bahkan alurnya pun terkesan monoton. Hanya
ditambahkan unsur-unsur Islam di dalamnya.
Selanjutnya
adalah iklan, yang menjadi makanan sehari-hari masyarakat dan dikonsumsi
sebagai kebutuhan. Tentunya, iklan sangat berpengaruh besar dalam
mengkonstruksi pola pikir masyarakat. benarkah iklan seperti itu adanya?
Mungkin orang-orang periklanan lebih mengetahui, bagaimana iklan dapat dengan
mudah menghegemoni masyarakat. Iklan membuat berbagai konstruksi, salah satunya
adalah konstruksi gender, yang lebih menonjol dan menghantui para remaja
khusunya. Contohnya, produk pemutih, penghitam rambut, pelangsing tubuh, produk
pembentuk otot pria, peninggi badan dan sebagainya.
Dalam
hal ini, iklan seolah mendoktrin masyarakat, bahwa feminitas dan maskulinitas
yang sesungguhnya adalah seperti yang digambarkan dalam tayangan visual yang
hanya berdurasi beberapa detik saja. Para remaja berburu produk-produk
tersebut, hanya untuk membuktikan khasiatnya. Putih, tinggi, langsing atau
berotot (untuk laki-laki), rambut panjang yang berkilau, adalah gambaran media
terhadap sosok wanita cantik dan sosok pria tampan.
Bagaimana
dengan masyarakat yang melihat tayangan tersebut? Berusaha memutihkan kulit,
meninggikan badan, diet dan sebagainya, hanya untuk menjadi sosok sempurna yang
digambarkan media. Pada kenyataan, cantik atau tampan tidak dapat digambarkan
seperti itu. Bahkan sering kita lihat juga, iklan yang menjual Islam untuk
mempromosikan produknya. Apa yang dijual? Lebih sering kita melihat, hijab lah
yang dijual iklan tersebut, untuk mengikuti budaya pop di Indonesia.
Pertanyaannya, mengapa Islam diperjualbelikan hanya untuk sebuah produk?
Beralih
dari tayangan hiburan dan iklan, tayangan pemberitaan pun tidak luput dari
skenario Sang Raksasa Media. Ketika media telah dikuasai sepenuhnya oleh Sang
Raksasa, maka tidak ada lagi ideologi jurnalisme yang mengedepankan informasi
aktual untuk kepentingan umum, tetapi lebih kepada kepentingan pribadi Sang
Raksasa. Benarkah begitu? Menurut saya, iya. Mengapa? Karena saat ini media
tidak terlepas dari parodi politik yang dibuat oleh para aktor politik itu
sendiri, yang dengan gagahnya berdiri di belakang media.
Terlalu
banyak intervensi dari kaum kapitalis terhadap jurnalisme di Indonesia. Tidak
seharusnya media massa memberikan informasi yang berupa kepentingan pribadi
semata. Bahkan terkadang menjadi salah satu masalah, atau sumber pemecah belah
bangsa, ketika kepentingan politik dicampur adukkan di dalamnya. Sungguh miris,
melihat media yang seharusnya menjadi sumber informasi masyarakat berubah
menjadi medan perang politik. Hal ini
pula yang menyebabkan media massa Indonesia tidak semaju media massa di luar.
Siapa
itu Raksasa Media?
Pertanyaan yang
kerap kali muncul ketika kita berbicara mengenai hegemoni yang dilakukan media.
Raksasa media adalah sebutan untuk para penguasa media, atau para kaum
kapitalis yang mengendalikan media itu sendiri. Jika muncul pertanyaan,
seberapa kejam penjajahan oleh kaum kapitalis kepada masyarakat? maka saya akan
menjawab, hampir sama kejamnya ketika bangsa Indonesia dijajah oleh bangsa
Eropa. Hanya saja penjajahan saat ini, tidak disadari oleh masyarakat.
Kita, masyarakat yang tergantung terhadap media,
dijadikan sebagai target operasi penyerangan ideologi mereka (para kaum
kapitalis) dengan senjata televisi. Siapa sangka, bahwa masyarakat dapat dengan
mudah dijajah, didoktrin, disuguhkan dengan tayangan yang terkesan manis namun
kejam, dan kemudian diperas untuk mencari keuntungan semata.
Seperti yang sudah dibahas sebelumnya. Bahwa media saat
ini lebih mengedepankan ratting yang
tinggi dibanding mengedepankan pedidikan dan nilai moral. Benarkah begitu?
Menurut saya, iya. Karena media saat ini benar-benar banal atau sama sekali
tidak berbobot. Media juga kerap dijadikan sebagai bentuk pencitraan dan mesin
kasir. Yang mana korbannya adalah masyarakat awam. Itu semua, tentunya untuk
mengembalikan keuntungan mereka (para kaum kapitalis), orang-orang yang
bersembunyi dibalik media.
Lihatlah bagaimana semua pertelevisian swasta di
Indonesia berdiri di bawah kekuasaan Raksasa Media, yang tidak sedikit dari
mereka adalah orang-orang yang juga terlibat dalam politik. Tentunya media dan
politik sudah menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan, terlebih
ketika mereka mendapatkan perhatian masyarakat yang tidak memahaminya.
Dan
apa itu literasi media?
Seperti yang sudah ditulis. Literasi media adalah suatu
pemahaman mendalam mengenai media. Dimana masyarakat dituntut untuk mengetahui
seluk beluk media yang ada di Indonesia, serta dapat mengkritisi media itu
sendiri. Luar biasa bukan? Melihat media berkuasa dan melakukan hegemoni
terhadap kita, masyarakat. Sedikitnya itu yang dapat saya sampaikan. Selebihnya
tergantung bagaimana anda menilai media, dan menjadi penonton yang cerdas dan
kritis. Cerdas dalam mengkonsumsi tayangan dan kritis dalam menilai.
DISKON TOGEL ONLINE TERBESAR
BalasHapusBONUS CASHBACK SLOT GAMES 5%
BONUS ROLLINGAN LIVE CASINO 0,8% (NO LIMIT)
BONUS CASHBACK SPORTSBOOK 5%
Bonus di Bagikan Setiap Hari Kamis pukul 11.00 wib s/d selesai
Syarat dan Ketentuan Berlaku ya bosku :)
BURUAN DAFTAR!
dewa-lotto.biz
UNTUK INFORMASI SELANJUTNYA BISA HUB KAMI DI :
WHATSAPP : (+855 88 876 5575 ) 24 JAM ONLINE BOSKU ^-^